Melihat Keluguan Mr. Bean di Film Bean
Dari
dulu saya selalu suka humor yang ditunjukkan Rowan Atkinson lewan karakter Mr.
Bean. Entah mengapa Mr. Bean seperti bentuk humor yang paling mengena di hati
saya. Makanya, saat ada film ini, saya langsung menontonnya.
Kali
ini, lewat film “Bean”, Rowan Atkinson kembali menampilkan Mr. Bean dengan
sangat apik, ciamik, dan mudah dicerna oleh saya. dirilis tahun 1997, setahun
sebelum saya lahir, “Bean” masih cocok untuk ditonton di saat ini.
“Bean”
sendiri berkisah tentang Mr. Bean (Rowan Atkinson) saat berada di Grierson Art Gallery di Amerika. Di sana, ia diutus
oleh Royal National Gallery di Inggris, tempatnya bekerja, untuk menjadi
perwakilan berkaitan dengan dipublikasikannya lukisan Whistler’s Mother. Diceritakan,
lukisan ini adalah salah satu mahakarya penting pagi museum ini.
David
Langley (Peter MacNicol), kurator seni di Grierson Art Gallery bertanggung jawab atas keberadaan Mr. Bean. Selama ini, ia mengira Mr. Bean adalah profesor bidang seni, tapi nyatanya ia hanyalah penjaga ruangan di Royal National Gallery.
Alhasil,
satu demi satu insiden menegangkan sekaligus lucu kerapkali mereka alami. Mulai
dari keluarga David yang tidak tahan dengan sikap Mr. Bean, kelakukan Mr. Bean
yang menyusahkan banyak pihak, sampai yang paling fatal adalah merusak lukisan Whistler’s
Mother.
Apakah kali ini
karakter Mr. Bean patut dinikmati?
Bagi
saya, karakter Mr. Bean dalam film ini mengajarkan saya beberapa poin penting—yang
mungkin tidak semua orang menyadarinya.
Pertama,
akan selalu ada hal baik di akhir. Entahlah. Menurut saya setiap tingkah apa
pun yang ditimbulkan Mr. Bean, meskipun memang menjadi kesialan di awalnya,
pada akhirnya selalu muncul kebahagiaan.
Seperti
pada momen ketika Mr. Bean dengan lugunya membuat kekacauan di Grierson Art Gallery, justru karena itulah
dirinya bisa menyelamatkan anaknya David yang sedang koma.
Kedua, just let it flow.
Sekeras atau sesulit apa pun perjuangan hidup yang sedang dijalani, Mr. Bean
seperti tidak pernah mengeluh. Ia tidak pernah mengambil pusing tentang
hidupnya yang begitu-begitu saja.
Contohnya, ketika ia disuruh untuk ke Grierson Art Gallery menjadi perwakilan Royal National Gallery. Tanpa tahu apa-apa, ia mengiyakannya. Menikmati perjalanannya, prosesnya,
atau pertemuannya dengan David.
Dengan
humornya yang unik dan menarik, saya merasa “Bean” bisa menjadi semacam healing dari penatnya kehidupan modern
yang amat rumit dan kompleks.
Comments
Post a Comment