Buku Cerpen Kompas 2016

SEDIKIT TENTANG CERPEN PILIHAN KOMPAS 2016


Kebiasaan membaca cerpen pilihan Kompas tiap tahunnya ini baru banget aku lakoni sejak tahun lalu. Waktu itu dosen Sosiologi-ku menyuruh untuk membaca salah satu cerpen yang judulnya Basa-Basi. Terus, aku cari tahu siapa pengarang ini dan ternyata cerpen itu masuk dalam buku Cerpen Pilihan Kompas 2015. Jadilah aku beli buku itu dan membacanya. Namun, yang akan aku bahas bukan tentang cerpen-cerpen tahun 2015 itu, tapi 2016.

Buku Cerpen Pilihan Kompas 2016 berisi 20 cerpen pilihan. Cerpen yang menjadi judulnya merupakan cerpen terbaik yaitu Tanah Air karya Martin Maleda. Dewan juri Kompas 2016 adalah Myrna Ratna, Frans Sartono, Putu Fajar Arcana, Indira Permanasari, dan Sarie Febriane. Setiap lima cerpennya mengandung tema yang berbeda-beda.

Tema yang pertama adalah kekejaman rezim, ketidaksetaraan kondisi sosial, relasi antarpersonal, dan tradisi lokal. Baiklah, aku akan sedikit bercerita tentang seperti apa isi dari setiap cerpennya. Sisanya, bisa kalian baca sendiri ya~

Tanah Air karya Martin Aleida
Cerpen ini dijadikan sebagai cerpen terbaik dari ke-20 cerpen pilihan. Kehidupan warganegara Indonesia yang tidak bisa kembali ke Indonesia dan harus menetap di berbagai negara merupakan gambaran utama cerpen ini. Meskipun keturunan bermata sipit, ia sangat mencintai Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan selalu dibawanya “tanah merah” dari Jakarta.

Perempuan Pencemburu karya Gde Aryantha Soethama
Cerpen ini ditulis dengan kalimat yang lucu. Menceritakan tentang seorang suami yang terus-terusan dicemburui istrinya sampai meninggal. Si istri tidak rela jika suaminya bertemu wanita cantik di alam Nir. Langsung saja ia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya secara baik-baik sesuai tradisi Bali. Sampai ia tahu bahwa suaminya direinkarnasi dan hidup kembali. Sekembalinya menjadi manusia, si istri mengulangi kebiasannya mencemburui suaminya.

Nelayan yang Malas Melepas Jala karya Damhuri Muhammad
Cerpen ini ditulis dengan kalimat yang menurutku puitis dan pada awalnya aku kebingungan darimana cerita mengambil sudut pandangnya. Aku juga sedikit susah untuk menangkap makna cerpen dari judulnya itu. Tapi, lama-kelamaan semua itu terkuak seiring aku membacanya. Judul cerpen ini adalah sebuah perumpamaan. Tentang kehidupan cinta terlarang karena setiap dari mereka sudah berkeluarga. Mereka bahagia tetapi malah mencari kesendirian dengan cara seperti ini. Saling bertemu di suatu tempat dengan tenggat waktu tertentu.

Terumbu Tulang Istri karya Made Adnyana Ole
Dari judulnya saja, aku sudah bisa menangkap tentang gambaran cerpen ini yaitu terumbu di laut yang terbentuk dari tulang belulang si istri tokoh. Si tokoh bernama Kayan beristri seekor sapi, yang menurut tradisi Bali, mereka harus dinikahkan lalu sapi harus ditenggelamkan. Cerpen ini sangat kental dengan kebaliannya yang sering didatangi turis dan di satu sisi tetap mempertahankan tradisinya. Turis itulah jawaban atas sikap Kayan yang awalnya merupakan anak baik-baik justru menodai tradisi Bali.

Tukang Cukur karya Budi Darma
Membaca cerpen ini tenyata menambah pengetahuanku akan sejarah yang sebelumnya belum aku ketahui. Aku membaca cerpen ini lebih dari sekali untuk menangkap arti dari cerpen ini yang baru aku ketahui bahwa si tukang cukur adalah orang yang dicari-cari oleh tentara dan akhirnya tewas ditembak. Sudah kubilang bahwa banyak fakta sejarah yang akan kalian dapatkan jika membaca cerpen ini.

Senjata karya Sori Siregar
Tokoh dalam cerpen ini sangat menjunjung tinggi humanismenya. Cerpen ini secara umum menceritakan tentang seseorang yang tidak menyukai orang lain diperlakukan tidak adil. Bukan hanya tidak suka, ia juga turut membunuh musuh-musuh dan salah satu musuh itu adalah adiknya sendiri. Aku suka cerpen ini karena menyampaikan pesan bahwa kita harus menggunakan apapun termasuk hak semacam pistol itu dengan bijaksana.

Celurit Warisan karya Muna Masyari
Agak mirip dengan cerpen Senjata, cerpen ini juga mengantarkanku pada akhir yang “harus mengorbankan keluarga”. Namun, dalam cerpen ini yaitu seorang sesepuh yang merupakan kepala desa membiarkan cucunya untuk pergi agar tidak dijatuhi hukuman mati. Celurit ini dijadikan sebagai pembunuh bagi orang-orang yang bersalah, salah satunya adalah cucu tersebut. Dilema antara kewajiban untuk menegakkan hukum atau membiarkan cucunya bebas dari kematian.

Gulai Kam-bhing dan Ibu Rapilus karya Ahmad Tohari
Aku juga menunggu-nunggu cerpen karya beliau ini karena seringkali beliau membuat cerita dari hal sederhana di sekitar kita. Salah satunya adalah ini. Cerpen sederhana tentang sulitnya mengungkapkan kebenaran kepada sahabatnya sendiri. Si tokoh ingin mengungkapkan bagaimana cara mengatakan bahwa gulai yang dimakan Jubedi, sahabatnya, adalah gulai anjing. Cerpen ini membeberkan perjuangan tokoh tentang cara seperti apa yang harus ia lakukan untuk mengatakan kebenaran itu tanpa melukai perasaan dari sahabatnya ataupun penjual gulai.

Istana Tembok Bolong karya Seno Gumira Ajidarma
Aku sudah mewanti-wanti diriku bahwa karya-karya Seno buatku tidak bisa hanya dibaca sekali atau dua kali. Ia banyak memainkan diksi yang terkadang membuatku terjebak di dalamnya. Cerpen ini menceritakan fenomena sosial miris yang terjadi di dalam dunia stasiun yang suram. Seorang pengamen kecil polos yang pergi ke tembok yang bolong ini hanya untuk melihat “sesuatu” dari seorang perempuan yang sudah dilihat oleh temannya. Fenomena ini dahulu juga terjadi di Indonesia.

Sejarah karya Putu Wijaya
Dalam cerpen ini, terdapat banyak sudut pandang yang dibagi perbagian. Inti dari cerpen ini adalah rasa penasaran seorang anak atas kematian ayahnya di tangan kakeknya sendiri. Setiap cerita kematian itu berbeda-beda versinya yaitu versi kakaknya, ibunya, atau kakeknya. Begitulah juga sejarah yang seharusnya merupakan sebuah fakta tetapi bisa berubah tergantung pencerita sejarah tersebut.

Nalea karya Sungging Raga
Cerpen ini mudah aku pahami karena dekat dengan kehidupan sehari-hari. Diceritakan dengan mendetail membuatku seperti menyaksikan gambaran kehidupan nyata di tv. Seorang anak pemulung yang hidupnya berubah-ubah. Si anak, Nalea, tinggal bersama ayahnya. Ayahnya memungutnya dari kardus yang dibuang oleh seorang wanita. Bertahun-tahun mereka hidup di sana-sini sampai-sampai di emperan toko. Akhirnya, Ayah meninggal dengan tenang di samping Nalea.

Roh Meratus karya Zaidinoor
Cerita ini menyuguhkan keselarasan antara alam dan mitos. Mitos yang harus dipegang teguh agar alam sekitar tetap terjaga. Meratus adalah sebuah nama pedalaman hutan di Kalimantan. Lima orang yang disuruh oleh perusahaan untuk menandai pohon-pohon yang akan ditebang guna membuka lahan malah justru mati misterius. Hal ini dikaitkan dengan “roh” di hutan daerah Meratus yang merasa terganggu.

Anjing Bahagia yang Mati Bunuh Diri karya Agus Noor
Korupsi memang sudah sering terjadi di negera kita. Bukan hanya rakyat yang mendapat akibatnya, tetapi juga makhluk lain. Cerpen ini mengandung paradoks yang ketara sekali hanya dari judulnya. Aku berpikir pada zaman sekarang mana ada orang yang bahagia bila ia bunuh diri, apalagi hewan yang notabene tidak tahu bunuh diri itu semacam apa. Secara umum, cerpen ini mengisahkan tentang keberuntungan seekor anjing buruk rupa yang dipelihara oleh pejabat yang ternyata pelaku korupsi.

Setelah 16.200 Hari karya Triyanto Triwikromo
Jujur saja, aku tidak bisa mendapatkan makna cerita ini hanya dengan sekali baca. Cerpen ini mengandung spiritualitas yang dominan. Dikisahkan bahwa seorang istri yang berbincang-bincang dengan malaikat Izrail setelah dicabut nyawanya. Tokoh yang berbicara ini adalah roh dari jasad si istri. Si istri banyak menceritakan tentang kehidupan keluarganya semasa hidup.

Jaket Kenangan karya Gerson Poyk
Aku suka dengan cara bercerita si pengarang yang sangat mendetail pada hal-hal kecil sekalipun. Padahal menurutku, tidak semua hal itu berkaitan dangan cerita ini. Seorang lelaki tua yang kembali ke Bali untuk menengok lahan kebun yang dulu ditinggalinya. Kemudian, ia menyerahkan lahan beserta jaketnya kepada tetangga ketika akan pulang. Alangkah terkejutnya ketika mendapati tetangga ini telah menjual hasil lahannya dan menjadi kaya.

Penglihatan karya Mashdar Zainal
Seorang yang tunanetra akan dianggap kurang oleh orang lain, tetapi dianggap lebih oleh keluarganya. Begitulah, cerpen ini berkisah. Tokoh “aku” merasa dirinya berbeda dari yang lain karena ia bisa melihat dengan cara yang istimewa. Selama menjadi berbeda itu, ia selalu merasa bahagia. Namun, sampai akhirnya ia menjalani operasi mata yang membawanya pada dunia baru yang penuh cahaya dan tidak bahagia. Ada beberapa bagian cerita yang membebaskan jalan pikiran pembaca untuk menafsirkan sendiri. Selain itu, pengarang juga merangkai kata sehingga menjadi cerita yang indah dan puitis.

Mengapa Mereka Berdoa kepada Pohon? karya Faisal Oddang
Seperti cerpen-cerpen karya Faisal ini sebelumnya, tema yang diusung kali ini masih seputar tradisi di Sulawesi. Pohon ini digambarkan sebagai penjelmaan ustad yang meninggal dalam sebuah pemberontakan melawan tentara Belanda. Padahal, sebenarnya si ustad masih hidup baru kemudian meninggal. Cerpen ini meracik dengan apik kebimbangan hati seseorang yang agamis sekaligus nasionalis; mana yang harus ia dahulukan.

Sepasang Merpati dalam Sebuah Cerita karya Supartika
Cerita ini membolak-balikkan sudut pandang si pencerita. Dari yang awalnya sepasang burung merpati dalam sangkar, kemudian dipindah menjadi sudut pandang seorang lelaki tua yang kesepian. Yang menjadi inti cerita adalah bagaimana kehidupan makhluk hidup yang kesepian baik manusia maupun hewan. Kesepian itulah yang menjadi puncak dari semua akar-akar kesedihan, kehilangan, dna kegundahan.

Belis Si Mas Kawin karya Fanny J. Poyk
Bagaimana jika sepasang kekasih yang berencana menikah justru terhalang oleh tradisi keluarga? Itulah yang menjadi pokok masalah dalam cerpen ini. Ketika ingin mengikat dua keluarga menjadi satu, mas kawin langka yang menjadi kebiasaan turun menurun tiba-tiba menjelma tembok kokoh yang memisahkan cinta antarkeduanya.

Wayang Potehi: Cinta yang Pupus karya Han Gagas
Cinta pada pandangan pertama benar-benar terjadi dalam cerita. Sayangnya, cinta itu bertepuk sebelah tangan karena masalah etnis. Bukan hal aneh jika segala hal yang berhubungan dengan Tionghoa akan dihilangkan dari masanya waktu itu. Bahkan juga wayang potehi yang seringkali dihubungkan dengan Tionghoa. Begitulah, ketika cinta disatukan oleh budaya, budaya itu juga akan memisahkan cinta mereka.

Begitulah, sedikit yang bisa aku tulis dari setiap cerpennya. Kesemuanya itu sangat bagus, tetapi yang menjadi favoritku kali ini adalah cerpen dari Mashdar Zainal dengan judul Penglihatan. Silakan menikmati kedua puluh cerpen pilihan Kompas tahun 2016 ini.

Comments

  1. Btw first impression buat blog ini. Kucingnya gemayyyy!!!
    Salam, Kreta Amura

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah iya, makasih loh kak. Kucing-kucing emang lucu ^^

      Delete

Post a Comment

Popular Posts