Review Mata dan Manusia Laut


Halo, semuanya!


Setelah sekian lama aku vakum untuk mengulas novel, akhirnya aku balik juga. Kali ini, novel yang akan aku ulas adalah seri petualangan Mata yang ketiga. Dua seri sebelumnya yaitu yang pertama Mata di Tanah Melus dan kedua Mata dan Rahasia Pulau Gapi masing-masing udah aku ulas di akun Instagram aku di @readbyanis ya hehe J

Seri ketiga dari petualangan Mata menjelajahi Nusantara kali ini memilih Sulawesi sebagai tempatnya. Ada apa sih memangnya di Sulawesi? Dikisahkan bahwa di Sulawesi tepatnya di Kabupaten Kaledupa, ada kampung bernama Kampung Sama. Bukan sembarang kampung tentunya karena penduduk ini mengklaim dirinya sebagai manusia laut. Manusia yang menjadikan laut sebagai rumahnya, laut sebagai tambang emasnya, dan laut sebagai identitasnya.

Selain itu, ada yang unik dari penduduk Sama. Mereka semua bisa berenang melebihi batas kemampuan manusia biasa. Mereka tidak menggunakan alat bantu apa pun kecuali kacamata berenang. Inilah, yang menarik banyak ahli untuk “membedah” mereka. Sama seperti di dalam cerita Mata dan Manusia Laut ini.

Matara bersama ibunya pergi ke Kampung Sama. Bukannya menjadi menyenangkan, di sana Matara justru “menghilang”. Bukan, ia bukan diculik seperti dugaannya ibunya, tetapi ia sebenarnya sedang berpetualang bersama Bambulo. Bambulo adalah anak asli Kampung Sama yang ingin menunjukkan keindahan lautnya. Saking girangnya karena ada anak kota yang penasaran dengan “rumahnya”, Bambulo tidak menyadari bahwa ia telah melanggar pantangan nenek moyang.

Kecerobohan Bambulo membuat mereka terlempar ke dunia lain di bawah laut. Di dalamnya, ada kehidupan yang tidak pernah diduga sebelumnya. Hal tersebut bagi Matara adalah sebuah kesenangan yang menegangkan. Namun, di satu sisi kecerobohan Bambulo berdampak fatal bagi keselamatan Kaledupa. Akankah Dewa Laut memaafkan Bambulo dan Matara? Akankah Matara dan ibunya bertemu lagi?

Mitos, Kodrat, dan Rahasia Alam

Tidak jauh dengan seri sebelumnya yang mengisahkan Matara bertemu seseorang yang kemudian akan mengajaknya menemukan dunia antah-berantah, Mata dan Manusia Laut juga demikian. Bedanya, ia bertemu dengan seseorang yang karena “kecerobohannya” membuat mereka berdua berpetualang. Kecerobohan tersebut merupakan sebuah petuah yang seharusnya tidak dilanggar yaitu tidak boleh melaut ketika bulan purnama.

Mitos tersebut memang pegangan yang harus tetap dijaga demi kelestarian alam. Konon, ketika bulan sedang terang, banyak ikan sedang bertelur sehingga tidak ada yang boleh mengganggu. Dewa Laut juga sedang merangkul laut yang sedang berkembang biak. Jika pantangan tersebut dilanggar, bukan hanya lautan yang mendapat celaka tetapi juga dataran.

Akan banyak makhluk laut yang merugi, manusia yang kehilangan materi, dan keseimbangan alam yang mulai tidak menentu. Karena itulah, sebenarnya, dalam aspek kehidupan mana pun, mitos semacam ini harus selalu diingat dan dipatuhi. Mitos adalah penjaga alam, penyeimbang semesta, dan pelindung jagat raya kita. Seperti yang dikisahkan dalam novel yang satu ini.

Selamat membaca, Mata dan Manusia Laut, semuanya! Hehe.

Comments

Popular Posts