Pada Suatu, Inginnya


Katanya, sendiri itu artinya menjelma kapas. Yang selalu bisa bebas lepas berteman angan. Tiada acuh atas segala angin yang menerpa. Hingga terbang kian kemari ikuti takdir mayapada yang kuasa.

Sayangnya, sendiri itu bukan berarti mendekap bebas. Adakalanya, kamu membutuhkan hal yang kamu butuhkan. Sepasang telinga untuk mendengar dengan patuh segala keluh kesahmu. Kamu juga tentunya memerlukan senyum yang hanya untukmu seorang. Segala perkataan dan saran-menyaranmu pun butuh untuk disambut oleh satu orang.

Terkadang pula, ada banyak orang yang tidak menyukaimu. Jika suatu hari mereka menghakimi, atas ketidaksengajaanmu, satu orang ini akan senang hatinya menyediakan dirinya. Ia siapkan dengan lapang hatinya untuk memberimu kata-kata indah. Lengannya yang hanya ia tujukan untuk menaungi beban di rongga pikiranmu. Jari-jemarinya yang bertugas melenyapkan air matamu. Semua itu, karena ia bersedia. Bersedia menjadi naungan dan pendengar kisah hidupmu.

Kelak, satu hari nanti kamu akan mengerti. Tidak selamanya menjadi sendiri adalah indah. Kamu butuh untuk didengarkan, kamu perlu untuk diindahkan, dan kamu pantas untuk dibutuhkan. Segala hal itu adalah kodrat anak Adam yang tidak bisa disingkarkan.

Sayangnya, saat ini mungkin saja kamu belum bertemu sandaranmu, takdirmu. Kamu masih harus menjadi baik supaya takdirmu—semoga saja—juga baik. Hai, takdir kapankah kiranya hadir? Bahagia rasanya ketika kamu akhirnya bisa menjadi penting. Sebegitu pentingnya bagi orang yang kelak akan lengkapi kepingan kisah hidupmu.


P.S. ditulis pada 16 Desember 2018 ketika aku merasa membutuhkan satu orang yang bisa mendengarkan segala kesendirian sekaligus keriuhanku.

Comments

Popular Posts