Petualangan ke Big Bad Wolf 2018
Ayo
ke Big Bad Wolf 2018!
Petualangan
Menjelajahi Sarang Serigala
Wuah, akhirnya selesai juga
setelah hampir 4 bulan mangkir buat nulis ini~
Bagi para pencinta buku, di awal
tahun 2018 ini enggak lengkap rasanya kalau enggak ngunjungin event Big Bad Wolf. Bagi kalian yang
belum tahu ini event jenis apa, Big
Bad Wolf atau singkatnya BBW, adalah event
setahun sekali yang diadain di Jakarta, tepatnya ICE BSD City, dan Surabaya.
Kabar-kabarnya sih di tahun 2018 ini bakal ada satu kota lagi yang dijadiin
sarang serigala ini. Sama kayak tahun 2017 yang lalu, tahun ini aku balik lagi
ke BBW. Tentunya, enggak sendirian.
Perjalanannya jauh banget dari
Jakarta Selatan ke ICE BSD dan makan waktu hampir tiga jam. Titik awal
petualangannya itu dari Blok M naik Transjakarta koridor 1, turun di Halte
Dukuh Atas buat menuju Stasiun Sudirman. Yang bikin lama adalah aku dan keempat
temanku harus nunggu sekitaran tiga puluh menit buat transit ke Stasiun Tanah
Abang. Setelahnya, dari Stasiun Tanah Abang ini ambil tujuan Serpong dan turun
di Stasiun Rawa Buntu.
Sebenarnya, bagi kalian yang
rumahnya di daerah Jakarta Selatan, khususnya Cipulir, bisa langsung saja naik
dari Stasiun Kebayoran dan enggak perlu ke Stasiun Tanah Abang yang notabene
makan waktu lama hehehe. Ohiya, kalian juga bisa turun di Stasiun Cisauk atau
Stasiun Serpong yang katanya sih
lebih dekat ke ICE. Kami memilih turun di Stasiun Rawa Buntu karena tahun lalu
aku juga turun di halte ini.
Sampailah aku dan teman-teman di
ICE BSD. Khusus untuk event BBW ini,
lokasinya adalah di hall 7 sampai 10,
sama kayak tahun lalu. Kami masuk dan seketika aku disergap nostalgia yang
terjadi setahun lalu. Suasananya ramai banget karena itu juga hari Minggu,
harinya jalan-jalan keluarga. Ya, jadi aku juga enggak kaget ngelihat banyak
kereta bayi yang ikutan masuk buat lihat-lihat buku.
(was taken minutes before leaving
huhu T_T)
Kami berpisah, tepatnya aku yang
memisahkan diri. Langsung saja aku menuju rak-rak buku Indonesia. Sebenarnya aku
enggak punya daftar buku apa yang mau aku beli, jadi ya sekenanya saja. Kalau
ada yang bagus ya langsung aku ambil. Lalu, di akhir petualanganku, aku
mengambil tiga belas buku dengan harga yang lumayan cocok di kantong.
Sepanjang petualangan, aku hanya
berkutat di rak buku berbahasa Indonesia. Kalau enggak salah, ada enam belas
rak buku fiksi dan lumayan banyak rak buku nonfiksi, yang semua bukunya
menggunakan bahasa Indonesia. Jujur saja, aku juga nemu buku yang seharusnya di
rak lain, tetapi malah ada di rak yang tidak seharusnya.
(the
books I get)
Buku yang aku beli sebagian besar
adalah fiksi dan hanya dua yang nonfiksi, itupun buku meditasi. Oke langsung
saja aku bakal share buku apa saja
yang aku beli hehehe.
Pertama, buku Celia dan Gelas-gelas di Kepalanya (Kumpulan Cerpen Pilihan
#KampusFiksi2016) karangan Lugina W.G. dkk. Dari judulnya saja, bisa ditebak
bahwa ini adalah buku kumcer. Iya, kumpulan cerita pendek. Meskipun enggak
setenar kumpulan cerpen Kompas atau Tempo, tujuan dari terbitnya buku
ini—selepas aku baca—mulia banget. Hanya pengen mengurangi ketidaktahuan kita
akan literasi khususnya membaca sekaligus mempererat persaudaraan #KampusFiksi.
Kedua, buku Reruntuhan Musim Dingin karangan Sungging Raga. Meskipun enggak ada
embel-embel “kumpulan”, tetapi buku ini adalah kumpulan cerita pendek, yang
kesemuanya bercerita tentang cinta. Iya, masalah paling universal dan unik ini
diangkat menjadi beberapa benih cerpen dengan imajinasi yang berbeda-beda dan
pastinya enggak ngebosenin. Recommended banget, nih!
Ketiga, buku Negeri van Oranje karangan Wahyuningrat dkk. Ini novel dengan
sampul film yang harganya bersahabat banget. Dari BBW tahun 2017 yang lalu, aku
sudah lihat novel ini, tapi baru beli tahun 2018 ini hehe. Dibandingkan
filmnya, bagiku novel ini lebih banyak memiliki kelebihan yang sulit dimasukkan
ke dalam fragmen sebuah film. Kalian sudah baca belum?
Keempat, buku
Perempuan Bersyal Merah dan Cerita Lainnya karangan Yetti A.K.A.
Kali ini, kumpulan cerita pendek, lagi. Beda pengarang, beda sudut pandang. Itulah
yang menjadi kekuatan buku ini setelah aku baca. Pembawaan yang “perempuan
banget” mampu mengubah plot yang awalnya biasa saja menjadi sesuatu yang segar
dan berbeda, tentunya.
Kelima, buku Ikan-ikan di Laut Merah karangan Danarto. Bahkan sampai dua bulan
setelah aku beli buku ini, aku belum membacanya huhu. Yang membuatku membeli
buku ini meskipun aku tahu bahwa cerita-cerita Danarto dikelilingi konsep
abstrak, adalah rasa penasaranku. Aku penasaran banget sama cara penceritaan
beliau. Jadilah aku membeli buku ini.
Keenam, buku Gergasi karangan Danarto. Selain kumpulan cerpen Ikan-ikan di Laut Merah, karya Danarto
yang satu ini juga belum aku baca. Selain dibutuhkan fokus yang ekstra, aku
juga butuh kesiapan untuk memasuki dunia beliau yang asbtrak hehe. Jika kalian
menyukai jenis cerita asbtrak yang terkadang ending-nya gantung atau aneh, bisa banget nih baca karya-karya
Danarto!
Ketujuh, buku Montecarlo karangan Arumi E. Ini adalah salah satu novel yang
tergabung dalam proyek GagasMedia yang mengusung tema bahwa di setiap tempat
punya cerita, salah satunya Montecarlo ini. Ceritanya cukup umum diangkat dalam
novel-novel romansa. Yang membedakannya hanyalah tempat dan plot yang lihai
“dimainkan” oleh pengarang. But, at
least, I love the scenery of Montecarlo itself~
Kedelapan, buku
Trurth or Dare karangan Winna Effendi
dan Yoana Dianika. Ini juga salah proyek GagasDuet yang diusung GagasMedia.
Ceritanya sederhana yaitu cinta segitiga yang salah satunya harus mengalah
karena kematian pada akhirnya. Selain itu, plot yang wajar dan diksi yang tidak
berlebihan juga menjadi nilai tambah novel ini. Ohiya, ada juga aspek subjektif
yang mendorong aku buat beli novel ini yaitu nama Winna Effendi yang tenar
karena menulis novel yang sangat mengalun dan mengalir. Love this simple story!
Kesembilan, buku Cerita-cerita Telapak Tangan karangan Yasunari Kawabata. Begitu
melihat nama Yasunari Kawabata, dengan gercep (baca : gerak cepat) aku langsung
mengambil buku ini. Aku kira ini adalah novel, tetapi bukan. Ini adalah
sekumpulan cerita pendek yang ditulis Kawabata selama hidupnya. Saat ini, aku
sedang dalam proses membaca. Iya, proses membaca yang kumaksud adalah membaca sampai
berkali-kali agar bisa nangkap maknanya. Karena jujur saja, enggak beda jauh
dengan novel Seribu Burung Bangau-nya,
dengan alurnya yang lamban, cerpen-cerpen ini menyuguhkan satu peristiwa
singkat yang mengandung banyak tafsir pembaca. Mulai dari filosofi hidup,
cinta, sampai masalah alam.
Kesepuluh, buku Go Set A Watchman karangan Harper Lee. Yang membuatku membelinya
adalah karena ketidaksengajaan. Waktu itu sebenarnya sudah mau pulang, kemudian
aku melewati satu rak dan enggak sengaja menemukan buku itu. Langsung saja aku
ambil. Ohiya, buku ini juga best seller
dari Harper Lee yang merupakan penulis novel To Kill Mockingbird yang sampai saat ini belum aku baca Y_Y
Kesebelas, buku Secret Garden karangan Frances Hodgson Burnett. Novel ini termasuk
sastra anak, entah maksudnya bacaan yang ditulis anak atau ditujukan untuk
anak, atau keduanya. Entahlah, but it
does not matter as I am enjoying reading ah~ Tahun lalu aku berencana beli
buku ini di toko buku, tapi sayang sudah enggak terpajang di rak-rak dan di BBW
2018 ini akhirnya terbeli juga dengan harga 70% lebih murah.
Keduabelas, buku Hiduplah Imajinasi Raya yang ditulis Wahyu Aditya. Sesuai judulnya,
ini adalah buku nonfiksi. Aku tertarik dengan kontennya yang berisi quotes dari public figure dan orang terkenal lainnya yang dibuat semacam komik
atau doodle. Di balik itu, penulis
juga ngajak kita sebagai pembaca untuk mengubah konsep tulisan ke dalam gambar
karena dipercaya bisa memperkaya imajinasi kita. I love this one!
Ketigabelas, buku Doodle Fusion yang ditulis oleh Zifflin dan diilustrasikan oleh Lei
Melendres. Sama seperti di atas, buku ini juga buku meditasi. Alasan terkuatku
untuk membelinya adalah karena tampilan sampulnya menarik dan menggugah. Di
dalam bukunya, kita diajak untuk mewarnai—seperti anak TK saja yah—gambar doodle sesuai imajinasi kita. I also love this one!
Wah, ternyata cuap-cuap tentang
petualanganku ke BBW 2018 lumayan panjang juga. Lain waktu aku akan kembali
untuk menulis petualangan ke sarang serigala lainnya. Nantikan ya! Terima kasih
telah berkunjung dan membaca!
I am ready for next the 2019
journey~
Comments
Post a Comment