Menemukan Talenta lewat ID Talent
Temukan
Talentamu bersama ID Talent
(Semua untuk Indonesia)
(sumber: @bemp_sasindounj)
Talenta atau passion
sering menjadi permasalahan dasar sekaligus krusial dalam hidup kita. Hal ini
dikarenakan apapun yang kita lakukan, tidak pernah jauh dari konsep passion ini. Menulis misalnya, jika
tidak didasari passion, menulis akan
sama saja dengan hidup tanpa jiwa, tanpa semangat. Nah, karena pentingnya passion itu, banyak komunitas atau
kelompok yang berkutat dalam pengembangan potensi diri anak muda di Indonesia,
salah satunya platform ID Talent.
Kali ini, ID Talent mengadakan ”Campus Roadshow”
bertajuk Discover Your Potentials and
Find Your Perfect Career. Salah satu kampus yang disambanginya adalah
Universitas Negeri Jakarta yang bekerja sama dengan Program Studi Sastra
Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni. Yap, prodi aku.
Narasumber dalam seminar yang dilaksanakan pada
tanggal 25 Mei 2018 di Aula Latief Hendradiningrat, Gedung Dewi Sartika,
Universitas Negeri Jakarta ini tidak lain adalah salah satu pendiri ID Talent
itu sendiri. Sosok ini juga dikenal sebagai jurnalis senior di Indonesia yaitu
Putra Nababan. Dulu, aku seringkali “mantengin” Pak Putra di saluran RCTI.
Selama kurang lebih satu jam, narasumber
bercuap-cuap, banyak petuah atau pesan yang bisa dipetik dan semoga kelak bisa
berguna bagiku dan pembaca blog ini hehehe.
Di awal cuap-cuapnya, beliau sudah mengingatkan
bahwa kita sebagai anak muda tidak boleh menjadi beban bagi Indonesia. Katanya,
selepas dari tetek bengek kuliah, kita harus bisa gigih dalam bekerja karena
bagaimana Indonesia ke depannya adalah masalah bersama yang titik pusatnya ada
di tangan kita.
Apapun yang kita sukai dan gemari, harus dilakukan
dengan sepenuh jiwa dan raga. Meskipun harus berlelah-lelah, pasti akan ada
hikmahnya. Selain itu, kita juga dituntut untuk menjalaninya dengan prinsip “going
the extra miles”. Hm, sekilas aku ingat bahwa prinsip ini juga pernah
disampaikan Ahmad Fuadi lewat trilogi novel Negeri
5 Menara-nya.
Pengalaman jurnalistik yang dimiliki beliau juga
tidak terlepas dari “going the extra miles” tersebut. Masalah bahwa sekarang
adalah zaman yang 360 derajat berbeda dari zaman yang telah beliau jalani, tidak
pernah mengubah prinsip tersebut. Konstruk digital di mana-mana, teknologi yang
semakin menggila, dan media sosial yang mulai mengambil alih segalanya,
haruslah diterima. Begitu pula Pak Putra. Baginya, apapun medianya, di manapun
tempatnya, saat harus berurusan dengan jurnalistik, beliau akan tetap hidup.
Karena, hidup beliau adalah jurnalistik.
Segala sesuatu yang dijalani dengan kegigihan,
pengorbanan, dan kerja keras adalah rumus agar kita dapat sukses sekaligus
diiringi doa keluarga. Jika kita memiliki suatu kecintaan, harus dihidupkan
dengan semangat yang menggebu tidak peduli tempat dan waktu.
Akhirnya, di pengujung cuap-cuapnya, sekali lagi,
Pak Putra menyadarkan bahwa apapun yang kita lakukan, harus didasari dengan
hati dan cinta. Kita adalah anak muda sekaligus citizen of the world dengan setumpuk kearifan lokal Indonesia yang
siap digemborkan ke dunia internasional yang nantinya juga akan membuat bangsa
dan negara ini bangga.
I wish you well, I wish you well, bikin bangga
Indonesia –Putra Nababan
Comments
Post a Comment