Buku-buku yang Mengubah Dunia 2

Inilah Buku-buku yang Mempengaruhi Dunia (part 2)


Halo semuanyaaa. Aku masih mau lanjutin daftar buku apa aja yang sudah mempengaruhi dunia bagian kedua. Jangan lupa buat baca yang part 1 di tautan ini http://bianglalateratai.blogspot.co.id/2018/02/buku-buku-yang-mengubah-dunia-1.html Ini versi buku yang ditulis Andrew Taylor, yaaa. Silakan dibaca J


Ode oleh Horatius

Kalian pernah engga denger ungkapan “carpe diem” dan “nil desperandum”? Ternyata kedua ungkapan itu ada di dalam buku Ode. “Carpe diem” artinya rengkuhlah hari ini dan “nil desperandum” artinya tidak ada alasan untuk berputus asa. Cocok banget nih buat kita yang ngerasa lagi ada di bagian terbawah atau down karena masalah hidup ini hehehehe.
Ode adalah puisi Romawi yang ditulis sebanyak 4 buku yang sebagian besar menceritakan tentang cinta, pertemanan, kenikmatan anggur, indahnya alam, dan nilai-nilai. Ada kutipan puisi singkat di dalam Ode yang paling aku suka.

Ketika kita berbicara waktu ,yang pencemburu telah surut menjauh.
Rengkuhlah masa kini; percayalah hari esok, bahkan sekecil apapun yang engkau mampu.
(Ode, xi, diterjemahkan oleh John Conington, 1870)

Horatius lahir di Apulia pada tahun 65 SM. Di masa-masa ini, perkembangan sastra menjadi penting. Salah satu tokohnya ialah Virgil dan Horatius ini. Horatius menulis Ode secara bertahap. Buku 1 sampai 3 pada abad 23 SM dan buku 4 pada 13 SM. Ketika ia meninggal pada abad 8 SM, karya-karyanya termasuk Ode menjadi bacaan wajib bagi Romawi.
Tema yang ada di dalam Ode lebih universal dan sederhana, yaitu dilema Horatius antara kekayaan dan keagungan kehidupan dengan ketenangan batin yang seharusnya juga ada. Di satu sisi, karya besar Virgil yaitu Aeneid  hanya mengisahkan bagaimana kekaisaran Romawi ingin menjadi kuat.
Ode bisa menjadi besar pengaruhnya karena selain syairnya yang menampilkan kehidupan sehari-hari dan pengalaman pribadi penyairnya, Ode juga menggambarkan bagaimana masyarakat Romawi menjalani hidupnya yang disertai dengan nilai kepahlawanan dan budaya. Demikianlah, cerita yang ada merupakan realitas sekaligus ironi yang nyata.
Pada abad ke-14, Dante, dalam La Divina Commedia, menempatkan Horatius bersama Virgil dan Homer sebagai tiga penyair besar dunia kuno. Pengaruh Ode pun masih berlangsung sampai masanya Shaskespeare dan Ben Jonson. Lanjutnya, pada abad ke-19 ada banyak lagi penyair yang terpengaruh oleh keajaiban Horatius dan Ode-nya.


Geographia oleh Ptolemaeus

Dahulu, katanya, geografi adalah mengenai menemukan tempat di bumi yang memiliki keindahan dan kecantikan kota, danau, hutan tersendirinya tanpa mengesampingkan kegunaan untuk dijadikan “rumah”. Itu adalah pandangan Bapak Geografi, Ptolemaeus dalam Geographia. Tujuan utamanya—atau obsesinya—adalah untuk menggambarkan bumi sebagaimana mestinya.
Seperti kutipan menarik berikut ini.

Pengukuran yang akurat, ujarnya, adalah kunci menuju geografi yang sebenarnya, bukan perenungan filosofi seperti yang dilakukan para pendahulunya.
(Geographia, Buku 1, i-ii, diterjemahkan oleh E.I. Stevenson, 1932)

Ptolemaeus adalah keturunan Yunani dan Mesir dan tinggal di Alexandria pada abad ke-2. Ia termasuk orang yang berpengetahuan luas karena karya-karya banyak yang membicarakan tentang astronomi, matematika, geografi, fisika, atau musik. Salah satu karyanya ialah Geographia.
Melalui Geographia, ia membagi benua menjadi Asia, Afrika, dan Eropa, serta menyebutkan delapan ribu kota. Dengan demikian, buku ini menjadi acuan dalam kartografi zaman Renaisans. Nyatanya, di dalam Geographia juga tercantum beragam pandangan dari akademisi sebelumnya. Sayangnya, banyak kesalahan di dalam buku ini karena kurangnya informasi.
Buku ini menjadi “pembuka mata” bahwa dunia itu luas, tidak seperti orang-orang sebelumnya yang menganggap dunia itu terbatas. Konsep tanah yang belum dikenal atau terra incognita pun ia yang cetuskan, yang kelak akan dibuktikan oleh orang setelahnya. Mungkin karena inilah Colombus berlayar menuju terra incognita. Ditambah lagi, Ptolemaeus menyarankan cara untuk membuat peta yang benar berhubung bumi itu bulat.


Alquran

Sama seperti Alkitab bagi umat Kristen, Alquran adalah kitab suci agama Islam. Diceritakan bahwa pada awalnya wahyu Allah ini diturunkan secara lisan. Namun, ketika Nabi Muhammad meninggal, Ali bin Abu Thalib, menantu beliau menyusun versi tertulisnya. Ada juga versi yang mengatakan bahwa versi tertulis dilakukan oleh Abu Bakar, khalifah pertama. Untuk menghindari pertikaian ini, akhirnya, Usman, khalifah ketiga, menulis versi resminya. Umat Islam banyak yang percaya bahwa Alquran memiliki karakteristik sebagai puisi karena kesamaan ritme dan iramanya.
Firman Allah ini diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril. Nabi Muhammad lahir pada tahun 570 dan menerima wahyu pertama kali pada tahun 610. Selama tahun 610 sampai 632, beliau menerima firman tersebut.
Nama Alquran diambil dari bahasa Arab yang artinya bacaan. Selain itu, Alquran dibuka dengan bacaan basmalah yang artinya dengan nama Allah.

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. ... Tunjukkanlah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
(Alquran, 1:1-7)

Alquran menjadi sangat berpengaruh pada masanya karena melalui wahyu-wahyunya berhasil menyatukan suku-suku di Arab, dan pada abad ke-7 dan 8 banyak menginspirasi kerajaan besar di Timur Tengah, Afrika Utara, Asia Barat, seperi kerajaan Umayyah dan Abbasiyah selama 600 tahun.
Selain itu, penerjemahan Alquran ke dalam bahasa Latin mulai dilakukan pada tahun 1143, tetapi dengan niat mencemarkan nama baik Nabi Muhammad, oleh Rover dari Ketton. Selanjutnya, pada tahun 1734, George Sale menerjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Yang satu ini merupakan terjemahan penting dan terkenal.


Al-Qanun fi At-Tibb oleh Ibnu Sina

Ibnu Sina atau Avicenna lahir pada tahun 980 di Bukhara (sekarang Uzbekistan) dikenal sebagai Bapak Kedokteran Modern. Ia melahirkan karya fonemenalnya yaitu Al-Qanun fi At-Tibb atau Canon of Medicine (Kitab Pengobatan). Dari kecil, Ibnu Sina sudah menampakkan bakatnya pada bidang kedokteran.
Sama seperti buku kedokteran lainnya, Canon of Medicine juga berisi tentang penyakit beserta cara penanganannya. Bedanya, di dalam buku ini, bukan hanya mencantumkan pandangan-pandangan dari ahli kedokteran sebelumnya, tetapi juga dari pengalaman dirinya.
Dan, di sinilah letak pengaruhnya yang paling besar. Canon of Medicine memadukan rekomendasi ahli terdahulu dan praktik terbaru. Ibnu Sina juga tidak begitu percaya terhadap hal-hal nonmedis seperti ilmu hitam yang kerapkali dipercayai oleh banyak orang. Beliau juga pengalaman, pengamatan, dan eksperimen praktis sebagai dasar dalam ilmu kedokteran, seperti kutipan berikut.

Filsafat alam menyebutkan empat unsur, itu saja. dokter harus menerima hal ini. dua tingan dan dua yang lain berat. Unsur yang lebih ringan adalah Api dan Udara; yang lebih berrat adalah Tanah dan Air.
(Al-Qanun fi At-Tibb, Buku 1, hlm 34 dan 251, diterjemahkan oleh O. Cameron Gruner)

Berkat inilah, Canon of Medicine menjadi naskah dasar kedokteran yang terkenal.


The Canterbury Tales oleh Geoffrey Chaucer

Buku ini adalah sederetan kisah (hikayat) yang mengisahkan tentang perjalanan atau cerita dari para peziarah yang berkunjung ke tempat suci St. Thomas Becket di Canterbury. Ziarah di sini masih bermakna terbukanya hubungan antarstrata. The Cantebury Tales terdiri dari 24 hikayat yang setiapnya memiliki cerita yang berbeda. Ke-22 dari 24 hikayat ini ditulis dalam bentuk puisi yang diawali dengan prolog umum. Di sini, pengarangnya, Chaucer menjelma menjadi narator.
Chaucer telah banyak menulis cerita, tetapi yang satu ini membuatnya terkenal. Chaucer merupakan seorang pegawai kerajaan yang lahir pada tahun 1343. Hikayat-hikayat ini pun ditulisnya dari tahun 1380 sampai 1390-an.
Apa yang membuat The Canterbury Tales ini menjadi fenomenal dan sangat berpengaruh?
Adalah keunikannya. Chaucer lebih memilih untuk menulis hikayat ini dengan menggunakan bahasa Inggris sehari-hari pada waktu itu (informal) daripada bahasa Perancis atau Latin yang pada masanya erat dengan gereja dan pemerintahan (bahasa formal). Dengan begitu, “sensasi” dapat dirasakan oleh orang-orang dengan mudah—satirannya, ironinya, sindiran-sindirannya. Ditambah lagi, puisi-puisinya membangun satu kesatuan tema yang berkaitan dengan moral negatif orang pada zamannya.


Kiranya, segitu dulu yang bisa aku tulis. Nanti, jangan lupa bakal ada part yang ketiga di posting-an selanjutnya ^^

Comments

Popular Posts