Tentang Film Jadul: Dead Poets Society (1989)
O Captain, My Captain: Belajar Memahami Puisi dan Kebebasan melalui Dead
Poets Society (1989)
Bagaimana jika seorang guru mengajar dengan cara
yang tak biasa sehingga ditentang oleh pihak sekolah, tetapi di satu sisi hal
itu justru membuka pemikiran siswanya atas hakikat kebebasan diri? Secara umum
itulah yang ingin dikemukakan dalam film ini. Lebih spesifiknya, film ini
berusaha untuk menyampaikan pesan bahwa seorang guru seharusnya mengajar dengan
cara membebaskan pemikiran siswanya tanpa terpaku pada kurikulum.
Bagi penjunjung tinggi liberalisme, hal itu sangat
didukung karena tentu saja hal ini berkaitan dengan hakikat hidup. Mereka tidak
perlu mempedulikan masyarakat sekitar atau bahkan orang tua karena yang penting
adalah kebebasan mereka. Namun, di satu sisi, tentu saja usaha ini ditentang
oleh pihak pemerintah. Atas dasar kodrat peraturan, kurikulum, dan kebaikan
siswanya sendiri, hal ini tidak diperbolehkan. Semua ini tercakup jelas dalam
adegan-adegan di film tahun 1989 ini. Hm, jadul yah, tapi tetap saja aku
memfavoritkannya.
Dikisahkan, Mr. Keating, seorang guru bahasa Inggris yang juga merupakan alumni dari Akademi Welton. Mr. Keating memiliki cara yang berbeda dalam mengajar. Beliau menggunakan keindahan puisi sebagai senjatanya. Melalui puisi, beliau menggali jalan bagi siswanya agar terbuka pikirannya atas hakikat diri mereka. Awalnya, mereka menganggap beliau aneh, lama kelamaan, beliau menjadi guru favorit.
Ungkapan dead poets yang tertera dalam buku tahunan Mr. Keating ternyata menjadi permulaan semuanya. Dead poets merupakan kegiatan rutin dan rahasia Mr. Keating bersama pencinta puisi di sebuah gua sewaktu masih bersekolah. Di sana mereka mengungkapkan ekspresinya melalui puisi-puisi. Dari sini, ketujuh siswa Mr. Keating—Neil, Charles, Knox, Pitts, Meeks, Cameron, dan Todd—meneruskan tradisi tersebut. Sudah dapat dipastikan, mereka mendapatkan kebebasan mereka ketika melakukan dead poets ini. Sampai akhirnya, Charles menulis artikel mengenai kegiatan ini dan menyebabkan satu sekolah gempar. Padahal sebelumnya, Mr. Keating meminta mereka agar tetap merahasiakannya.
Di satu sisi, Neil, salah satu pengikut dead poets, mencintai akting dan tidak direstui oleh orang tuanya. Ia dikekang dan diharuskan masuk sekolah kedokteran. Hingga suatu hari, ia mengikuti kontes drama dan itu adalah kesempatan terakhirnya. Neil bunuh diri. Orang tua Neil dan pihak sekolah menyalahkan Mr. Keating atas aliran dead poets-nya. Mereka menekan keenam siswa pengikut aliran itu agar menandatangani petisi pemecatan Mr. Keating. Memanglah beliau dipecat, tetapi siapa sangka semua siswanya memberikan penghormatan terakhir sebelum berpisah dengan mengucapkan “O Captain, My Captain”. Ungkapan ini merupakan sebuah puisi dari Walt Whitman yang diajarkan pertama kali oleh beliau.
Sungguh, aku sangat mengidolakan film ini. Bukan hanya karena ada Robin Williams yang merupakan aktor favoritku, tetapi juga karena idenya yang benar-benar berkualitas dan berbeda. Ditambah lagi, quote fenomenal yang sangat aku sukai yaitu di bawah ini.
Dari kutipan di atas, Mr. Keating menyuarakan
pemikirannya bahwa hidup bukan hanya untuk uang, jabatan, atau lainnya, tetapi
juga perlu dinikmati yang salah satunya melalui puisi. Dengan puisi itu, hidup
manusia semakin lebih berwarna, berbeda, bebas, dan berarti.
Jujur saja aku baru menonton film ini tahun 2017,
padahal aku sudah menyimpan quote
fenomenal itu dari tahun 2014. Bagaimana bisa? Hehe. Jadi ceritanya, aku
membuka Facebook dan menemukan quote
ini. Saking “ngena”-nya, aku langsung menyimpannya tanpa tahu itu quote dari film apa. Baru beberapa waktu
yang lalu, aku sedang membuka Line, dan mendapati salah satu komentar teman
yang mengatakan sama persisi seperti yang diucapkan Mr. Keating di atas. Dan,
jadilah aku tahu bahwa film ini berjudul Dead Poets Society tahun 1989.
Kalian harus menontonnya, yah! J
Comments
Post a Comment