Kecintaanku yang Penghabisan
Selesai
Pada suatu kisah yang kasih, kamu tidak lagi
menjemputku pada teduhnya kantung matamu. Enggan lagi menyesapiku lewat
rindunya peluh keringat. Tak lagi menjelma angan yang menganginkan harap. Bukan
lagi merupa diksi-diksi dalam sajakku.
Pada suatu sendu yang syahdu, aku tidak perlu lagi
mengekalmu dalam waktu. Tanpa butuh euforia barang sedetik, pengabaian adalah
takdirku. Tak akan lagi degup penuh gugup yang merasuki. Pula, tiada usah
rajut-rajutan itu aku teruskan.
Pada suatu reda yang edar, Tuhan telah
merampungkan firmannya akan kita. Riuh-riuh manusia hampir selesai bertandang.
Bunga-bunga tidur berjaring yang seketika insaf. Begitu pun dengan
sinar-menyinar yang hendak melipir pulang.
Pada suatu dasar yang sadar, ada beberapa ihwal
yang Tuhan tidak ditujukan untukku. Ihwal-mengihwal tersebut adalah kamu.
Bahkan hanya untuk menyemaikan senyum, tidak digariskan Tuhan. Bagaimana dengan
perihal penyertaanku dalam barisan doa-doamu?
Pada suatu dekat yang lekat, sekali lagi, aku
memberimu kasihku yang paling asih dan semoga kamu menerimanya dengan tulus yang
terhalus. Aku menyukupkan cerita kamu sampai di titik ini. Tetaplah bersanding
dengan kotak berjaring itu, sungguh kamu cocok sekali.
P.S. Terima kasih kepada pujangga teragung, Joko
Pinurbo, yang darinya aku belajar bahwa
hidup adalah keikhlasan serta perihal menertawai hidup dengan kata-kata.
Comments
Post a Comment