Books Are Better With Its Bookmark! :)
Memanusiakan Buku
dengan Bookmark? Kenapa Tidak? Ayo, Coba!
Apa kalian termasuk tipe orang yang
suka banget baca buku, tetapi budget
ngepas? Apa kalian tipe orang yang suka pinjam buku sana-sini demi memenuhi
keinginan tersebut? Yup, artinya, kalian sama kayak aku. Sebenarnya, gak sama
persis, sih, tepatnya mirip sedikit lah hehe.
Setiap minggunya, aku selalu ke
perpustakaan di daerah Kuningan, Jakarta Selatan. Aku suka banget ke sini
karena selain tempatnya gak terlalu jauh dari rumahku, juga karena tempatnya cozy dan comfortable banget. Ya, kayak kesannya santai gitu.
Petugas-petugasnya juga selalu senyum dan ramah, itu juga yang aku sukai.
Saat masuk ke perpustakaannya, aku
langsung ke rak-rak bagian fiksi atau novel. Kebanyakan buku yang aku pinjam
sih genre-nya itu fiksi kok. Tapi, gak semuanya fiksi kayak teenlit gitu. Aku juga cari novel fiksi
yang klasik-klasik, sejarah, atau sosial. Ada satu hal yang selalu menarik
perhatianku sekaligus memebuat miris. Setiap rak pasti ada saja satu atau
beberapa novel yang sampulnya lecek atau robek sana-sini. Aku sih sudah bisa
nebak itu pasti novel teenlit yang
kebanyakan dipinjam anak SMP atau SMA. Hal ini sudah aku alami, jadi aku tahu
persis hehe. Sewaktu SMP atau SMA malah aku juga selalu baca buku judulnya
Lupus karya Hilman, atau teenlit-teenlit
gitu.
Kadang-kadang aku merasa senang
sekaligus sedih dan miris. Senang karena ternyata masih banyak anak yang suka
baca buku terutama fiksi. Sedih dan miris karena buku teenlit tersebut terlihat
“tidak terawat” dan sedikit kusam. Di ujung-ujung bukunya robek, sampul plastik
terkelupas, kertasnya yang mulai terlepas dari lem, dan sebagainya. Dan yang
paling utama adalah lipatan kertas sana-sini yang menambah tampilan buku
semakin tidak bagus.
Seringkali juga aku meminjam buku
dengan banyak lipatan yang dikarenakan tidak adanya bookmark atau penanda halaman buku. Miris sekali aku melihatnya,
apalagi jika kertasnya benar-benar kertas bagus (menurutku, kertas yang bagus
yaitu kertas novel-novel yang berwarna kekuning-kuningan). Sayang sekali,
bukan? Kertas yang bagus itu harus terlipat hanya karena tidak ada bookmark. Selain itu, menurut aku juga
sampul novel harus disampul plastik demi menghindari kerusakan seperti lecet
atau terkelupas di bagian ujungnya. Gambar sampulnya bagus, kok, malah bagian
ujungnya tidak bagus? Hehe.
Jadi, aku hanya ingin menyampaikan
usulku saja. Usul yang berkaitan dengan konsep memanusiakan buku itu. Setiap
kali aku meminjam buku yang tidak memiliki bookmark, aku akan membuat sendiri bookmark yang kemudian, ketika selesai
membacanya, akan aku tinggalkan di dalam buku itu. Hal itu aku lakukan agar
peminjam buku selanjutnya tidak perlu melipat kertas yang akan mengurangi nilai
estetika sebuah buku, menurutku. Ide itu baru-baru ini aku lakukan yaitu pada
awal tahun 2017. Maka dari itu, proyek ini aku garap (bukan proyek, sebenarnya,
hanya ide yang tiba-tiba muncul atas keresahanku terhadap kondisi seperti itu).
Kebanyakan bookmark yang aku buat memang bahan dasarnya kertas. Tapi, gak
menutup kemungkinan besok-besok aku bakal buat yang berbahan dasar dari daun
atau kulit jagung yang dikeringkan. Inspirasinya aku cari dari internet dan aku
gabungkan dengan imajinasiku. Aku memang main banyak warna dan gambar di bookmark yang aku buat karena memang
buku itu isinya tulisan semua dan kalau aku gak bermain warna, nanti terkesan
membosankan. Aku ingin menghadirkan bookmark yang berguna sekaligus eye catching. Qoutes juga banyak aku sisipin supaya saat membaca bisa lebih
termotivasi dalam hidup hehe.
Dan inilah bookmark yang berhasil
aku kreasikan :
Kalian juga bisa lho membuat
bookmark sendiri seperti itu! J
Bagi aku, buku bukan hanya sekadar
diambil isinya lalu tidak kita rawat sebagai mestinya. Kita juga harus
memperlakukan buku dengan layak. Kalau buku itu terlihat bagus, tentu kita
sebagai pembaca akan merasa nyaman membacanya, bukan? Dan sebaliknya, kalau
buku itu terlihat kusam dan tidak bagus, tentu kita akan merasa risih dan tidak
nyaman, bukan? Oleh karena itu, mulailah untuk memanusiakan buku demi
kenyamanan bersama. Hanya dimulai dari memberikan bookmark jika bookmark-nya
hilang atau memang tidak disediakan dan menyampulinya dengan sampul plastik
agar tetap terlihat “indah”.
Salam, bookworm!
Comments
Post a Comment